JANGAN BERDEBAT TENTANG HAL-HAL YANG TIDAK KITA KETAHUI
>> 19 Maret 2009
Di dalam Al-Qur`an, manusia digolongkan sebagai makhluk “yang paling banyak membantah” (al-Kahfi: 54). Pada ayat yang lain, kritikan ini diberikan bagi orang-orang yang ingkar,
“Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata, ‘Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?’ Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.” (az-Zukhruf: 57-58)
Alasan bagi kecenderungan mendebat sesuatu tidaklah untuk mengungkapkan atau mengevaluasi pendapat yang berbeda, tetapi untuk memuaskan diri dalam memicu perselisihan. Argumen orang-orang yang jahil bukan mengevaluasi pandangan orang lain atau mencari solusi. Tujuannya tak lain adalah mengalahkan orang itu. Inilah yang menjelaskan mengapa ada suara keras dan tarik urat selama berargumen, dan mengubah diskusi menjadi pertengkaran.
Hal itu benar-benar aneh, mendebat sesuatu dengan tidak disertai ilmu. Contoh yang paling nyata terlihat pada diskusi antar pemeluk agama, di mana para argumentator pada umumnya sangat jahil. Kesalahan tersebut dijelaskan pada ayat,
“Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka mengapa kamu bantah-membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Ali Imran: 66)